Tokoh
|
Penokohan
|
Bukti
Pendukung
|
Akbar
|
Pantang Menyerah
|
“ Aisha, kamu
harus bisa tetap berlari gelombang sudah dekat kamu harus bisa “
|
Baik dan penuh semangat
|
Aisha aku akan
berdosa apabila tidak dapat menyelamatkan nyawamu.kamu hanya menjadi sampah
seperti orang - orang yang membunuh dirinya sendiri
|
|
Tidak sombong dan tidak malu
untuk minta tolong
|
“ Pak bisakah
kami menumpang mobil bapak ? “ seorang lelaki besar berkulit hitam dibangku
supir terdiam. “ Pak saya mohon “ Akbar mengiba. “ Dik, Truk kami tidak
memiliki banyak bangku ”, ” apakah di
bak belakang
|
|
Pasrah akan takdir
|
tidak bisa ? saya mohon pak “
“ Aisha kakak
mohon, naiklah jika kita berdua selamat, Insya Allah kita akan dapat bertemu
kembali. Dan apabila tidak percayalah InsyaAllah kita akan digolongkan
sebagai syuhada, berperang demi menyelamatkan nyawa sendiri.
|
|
Aisha
|
Hampir putus asa
|
“ Tapi kak,
aku tidak kuat lagi “, “ Aisha, kamu harus kuat ! “ “ Tapi Kak, aku lelah “
ia sedikit mengiba. “ Kak Akbar aku tak kuat berlari lagi biarkan aku saja
disini kakak berlari saja ” Aisha
perempuan yang ia genggam tangannya mengeluh Aisha menundukkan kepalnya.
|
Berani & Tidak Mudah Menyerah
|
Aisha Menundukkan
kepalanya Hatinya tergerak ia segera bangkit dan kembali berlari
menyelamatkan diri Aisha tampak letih setelah berlari jauh. Jilbab panjangnya
berkelabat diterpa angin kencang. Kakinya yang dibalut dengan kaos kaki putih
polos sudah tampak pincang. Dan kaos kakinya telah kotor berbercak coklat.
|
Latar / Setting tempat
|
Bukti Pendukung
|
Tempat di atas truck
Masjid
|
Aisha menitikan air matanya. Ia mematung
di dalam bak truk yang besar itu. Tanpa aba-aba dan sebuah isyarat truk itu
perlahan bergerak dan semakin lama semakin kencang Aisha melambaikan tangan
kanannya kepadaa sang kakak tercinta air mata tak dapat ia bendung. Air mata
itu tumpah membanjiri kedua pipinya yang halus dan putih.
Masjid besar Baiturrahman yang
berada di pusat kota Banda Aceh itu tampak di kerumuni ribuan manusia.
|
Waktu
|
|
Sore hari
Ashar
|
Hari telah sore langit telah melepas jubah birunya. Dan memulai
merajut warna jingga. Matahari mulia merangkak ke ufuk barat. Waktu akan
berganti pemandangan menyedihkan terlihat di seluruh kota.
Waktu Ashar tiba. Adzan
berkumandang di seluruh penjuru masjid.
|
Suasana
|
|
Haru, bahagia dan sedih
|
Sesekali akbar mengedarkan
pemandangannya ke segala arah. Ia terus melihat pemandangannya ke segala
arah. Ia terus melihat pemandangan menyedihkan, pemandangan itu terus terjadi
silih berganti puluhan kendaraan saling bertabrakan satu sama lain kecelakaan
itu merupakan kecelakaan beruntun. Mereka berdua terus berlari sangat kencang
seluruh tenaga merka kerahkan. Sering kali mereka menghela nafas yang dalam
berulang-ulang. Peluh keringat berucucran tetes demi tetes. Dan perlahan dari
bibirnya, sebuah senyum kecil lahir dengan jelas. Ia segara berlari menuju
sang kakak berdiri dengan erat ia memeluk kakaknya.
|
Amanat
|
Bukti
Pendukung
|
Sebuah perjuangan
dan pengorbanan dari hari hati yang benar – benar tulus akan membuahkan hasil
yang menyenangkan.
|
Setelah
berjuang dengan keras menyelematkan firi, berperang dengan waktu. Akhirnya
mereka berdua dapat kembali suara adzan yang berkumandang dari seluruh
penjuru masjid akhirnya mempertemukan mereka berdua. Sebuah alunan takbir
cinta dengan halusnya mempertamukan seorang kakak dengan adik tercintanya
yang semula terpisah.
|